Anak Menjadi Tulang Punggung Keluarga, Kejari Lubuklinggau Berikan Bantuan

By admin on 2021-08-25


LUBUKLINGGAU- Kejaksaan Negeri (Kejari) Lubuk Linggau memberikan bantuan sosial kepada keluarga Milasari. Bocah perempuan itu menjadi tulang punggung keluarga untuk merawat kedua orang tuanya yang terbelakang mental dan adiknya berumur 6 tahun.

Kepala Kejari Linggau, Willy Ade Chaidir didampingi Kasi Pidana Khusus Yuriza Antoni, dan Kasubagbin RA Sulaiman dan staf mendatangi rumah Milasari, Rabu 25 Agustus 2021. Rumah bocah itu berada di Dusun 8 Desa Sri Mulyo Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Willy Ade Chaidir dalam keterangannya mengungkapkan rumah keluarga Milasari mengenaskan. Sebab tidak layak huni. Ukurannya hanya 3 X 4 meter. Berdinding papan lapuk dan beralas tanah. Bahkan sumur sebagai sumber air keperluan minum, mandi dan mencuci saja tidak ada. Keluarga Milasari sehari-hari hanya menggantungkan ketersediaan air dengan meminta sumur tetangga.

Willy yang mendatangi lokasi mengaku sangat prihatin melihat kondisi keluarga Milasari. Selain memberikan bantuan kebutuhan pokok sehari-hari, pihaknya juga membangunkan sumur untuk keluarga tersebut. Agar ketersediaan air bersih terjamin untuk keluarga tersebut.

Menurut Willy, pihaknya kini mengusahakan agar ada pihak yang bersedia melakukan bantuan bedah rumah. Agar keluarga tersebut bisa hidup secara layak. “Semoga dalam waktu dekat ada bantuan bedah rumah,” harapnya.

Pada kesempatan sama, Plt Camat Stl Ulu, Rahmad Dinata, mengucapkan terima kasih kepada Kejari Lubuk Linggau yang memberikan perhatian kepada warganya. Ia pun memgaku sudah mengusulkan kepada Dinas Perumahan dan Pemukiman untuk dilakukan bedah rumah. “Rencananya tahun ini dilakukan bedah rumah. Ada puluhan warga Desa Sri Mulyo yang mendapatkan program bedah rumah,” ujarnya.

Sedangkan Milasari menyatakan selama ini ia membiayai keluarganya dengan mengandalkan upah dari mencuci pakaian tetangga. Sedangkan untuk sayur dengan mencari sayuran di sekitar sungai. “Kami masak sekali sehari. Malam tidur di lantai. Jika hujan, basah semua,” ujar bocah berjilbab tersebut.

Sebelum berangkat sekolah, pelajar kelas 5 SD ini harus merawat orang tuanya yang mengalami keterbelakangan mental setelah dua tahun silam menderita sakit. Setelah itu membersihkan rumah, mengurus adik lelakinya yang kini belajar di kelas satu SD.

Sejak dua tahun lalu, bocah yang kini berusia 10 tahun itu mengerjakan semua pekerjaan orang dewasa. Dari memasak, mencuci, menimba air dari sumur tetangga, sampai dengan mencari uang untuk biaya hidup keluarganya. Untuk mendapatkan uang tersebut ia memaksa tubuh kecilnya mencuci pakaian tetangga dengan upah seadanya

Bila malam tiba, rumah Milasari gelap. Maklum tidak ada listrik. Bocah kecil itu belajar dengan menggunakan lampu teplok. Setelah itu tidur di lantai dan berdoa agar hujan tidak turun karena atap sudah bocor. “Kalau hujan, kami basah semua,” ujarnya.

Milasari adalah potret anak-anak bangsa yang dipaksa menanggung beban yang belum pantas dipikulnya. Dan bukan tidak mungkin Milasari-Milasari lain banyak di Indonesia.( Muzer/Rls )